Kamis, 29 Maret 2012

Stay With Me #part 3


Title       :  Stay With Me
Genre   :  Teen, romance
Main Cast :
·         Kirana Queenella Fharesia
·         Bisma Karisma
·         Dicky Prasetya
·         Nesya Geira Syafa
Follow :  @frindaz_tari
Note      :  Semua tokoh di cerbung ini murni hanya khayalan. Fiktif. Jadi, jangan protes kalo karakter (MS) disini beda dengan karakter mereka di dunia nyata. Jangan disamakan ya..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kiran, si  gadis broken-home. Dia hanya ingin perhatian, kasih sayang—dari orang yang tulus. Tulus, tanpa maksud terselubung.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Udah, gak penting juga kan mesti mikirin dia?! Ayok ke kantin! Gue laper!” lanjut Kiran lagi seraya berdiri, dan mengenggam tangan kanan Dicky. Menggandengnya dengan santai untuk keluar dari kelas, dan menuju ke kantin indoor. Meninggalkan Bisma yang masih menatap mereka dengan amarah yang memuncak.
`BRAKK!`
Bisma menendang semakin kasar meja di hadapannya.
“GUE SAYANG SAMA ELO KIRAAAANNNNN!! ARGGHHH!!” Bisma semakin menggila, ia teriak dan menghantam berkali-kali meja itu. Melampiaskan semua amarahnya. Perasaan cemburunya.
“Hh-Hh!! Gue bener-bener sayang sama lo!!” Bisma terduduk kembali di kursinya seraya menjambak rambutnya secara kasar, dengan nafas tersengal-sengal. Benar-benar seperti orang kesetanan. Frustasi karena gadis itu.
*****

“Tuh cowok siapa sih Ran?” tanya Dicky saat ia telah kembali dari counter untuk memesan makanan dan duduk di kursi yang berhadapan dengan kursi Kiran. Mereka  sudah berada di kantin indoor yang bernuansa seperti Café. Mereka duduk di meja sisi kiri paling pojok, karena hanya meja itu yang belum terisi. Pertanda bahwa saat ini kantin yang diberi nama Arghatafia’s Café oleh siswa-sisiwi SMA Arghatafia tersebut sedang ramai.
Kiran hanya diam sembari mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke meja, serta memutar bola matanya yang berarti ia malas untuk menanggapi pertanyaan dari Dicky. Dicky pun menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya perlahan mendapat respon sedemikian rupa dari gadis di depannya ini. Ia termasuk pemuda yang berkarakter pantang menyerah. Ia pun berusaha menampakkan senyum manis dan tatapan polosnya lagi.
“Jagiya.. (Sayang..), liat gue..” pinta Dicky dengan nada merayu dan sangat menggoda, membuat Kiran yang mendengarnya jadi muak.
“Wae?  (Apa?)” balas Kiran singkat serta menatap malas namja imut didepannya ini. Dicky tersenyum senang, lalu men-serius-kan kembali mimic wajahnya.
“I salam-eun nugunya? (Siapa tuh cowok?)
“Eotteon geojyo? (Yang mana?)” Kiran pura-pura tak tahu maksud dari pertanyaan Dicky.
“Sueob ieossseubnidaaa.. (Yang dikelas ituuu..)” Dicky sedikit kesal. Ia pun tahu bahwa sebenarnya Kiran hanya pura-pura tak tahu maksudnya.
“Oh.. Tanya aja sama dia. Naege mudji mal-ayo. (Jangan tanya gue.)” Jawab Kiran dingin. Ia memainkan tusuk-tusuk gigi yang tersedia di meja itu.
Dicky mengernyit, merasa ada yang disembunyikan.
 “Terus kenapa dia kaya’ gak suka gitu ngeliat gue? Atau karena gue ada di deket elo? Dangsingwa geuwauigwangyeneun mueos-ibnikka? (Apa hubungan elo ama dia?)
Kiran membuang nafas pendek. Meletakkan tusuk gigi yang di mainkannya, lalu menatap tajam mata Dicky.
“Elo salah orang kalo nanyain tentang tuh cowok ke gue. Gue kan udah bilang dari tadi.. Geue daehae naege mudji mal-ayo! (Jangan tanya tentang dia ke gue!) Meog-eul manhan uiyog do eobs-eo! (Gue jadi gak nafsu buat makan!)” ketus Kiran. Tanpa banyak bicara lagi, ia segera berdiri. Dan pergi meninggalkan Dicky yang terbengong-bengong.
“Eh, eh Ran! Kiran!” Dicky berteriak memanggil gadis itu, namun Kiran sama sekali tak menghentikan langkahnya untuk meninggalkannya.
“Gue salah ngomong yah? Lah.. kok gue jadi ditinggal gini??” gumam Dicky dengan wajah polos sambil garuk-garuk kepala belakangnya.


*****

“KIRAAN!” Kiran menghentikan langkah kakinya, lalu membalikkan tubuhnya. Ia sangatkenal suara itu. Suara lengkingan cewek, khas seseorang. Velyn. Satu-satunya cewek di SMA Arghatafia yang berani dan tak sungkan untuk menunjukkan perhatian, juga perilaku layaknya seorang sahabat kepadanya—meski Kiran hanya diam tak menanggapi semua itu.
“Huuhh, huhh, hahh..” Velyn berusaha mengatur nafasnya yang memburu. Padahal hanya sekitar 3meter ia berlari untuk menghampiri Kiran yang hanya diam mematung tanpa ekspresi.
“Katanya gak mau ke kantin? Tadi gue liat elo sama cowok, itu siapa?.. Eh, Tapi tadi gak jadi makan yah? Kenapa?” cerocos Velyn yang merasa kebingungan. Tadi, saat ia sedang menikmati baksonya bersama siswi lainnya, memang ia melihat Kiran datang bersama seorang cowok. Mereka duduk bersama, namun tak lama kemudian Velyn melihat Kiran berdiri dan pergi meninggalkan cowok itu. Nah, saat itulah Velyn yang juga telah selesai makan berpamitan kepada siswi yang tadi bersamanya, dan segera mengejar Kiran yang ternyata berjalan menuju kelas mereka.
“Gue gak laper. Namanya Dicky.” Jawab Kiran seadanya, seraya kembali memutar badannya lagi dan melanjutkan langkahnya. Velyn berusaha mensejajarkan langkah Kiran yang sedikit lebih cepat dari dirinya. Velyn memang terkenal sebagai cewek lelet, dan cepet capek. Sangat lemah dalam bidang olahraga. Berbeda sekali dengan Kiran yang sangat jago bermain Basket. Ia mengikuti ekstrakulikuler yang rata-rata dilakukan para cowok. Dalam taekwondo, ia telah berhasil meraih sabuk hitam. Wouw :o
“Ooo.. Cakep yah Ra? Anak baru?” Kiran hanya melirik Velyn, lalu mengangguk. Kiran tahu, sepertinya Velyn tertarik kepada Dicky.
“Loh, loh Ran! Elo mau kemana? Ini kan kelas kita?” teriak Velyn saat melihat Kiran masih meneruskan langkahnya, melewati kelas mereka. XII IPA 1 tempat Velyn berdiri sekarang.
Velyn melongo, melihat Kiran berbalik dan berjalan dengan cengengesan ke arahnya. Menampakkan jejeran gigi putihnya yang rapi. Semakin membuat paras cantiknya memancarkan aura ceria yang jarang sekali Velyn juga semua orang melihatnya.
“Kelewat yah?” tanya Kiran dengan senyuman menawan dan tampang polosnya. Velyn tak mampu menjawab, ia masih melongo tak percaya.
“Ran? Ini elo? Kirana Queenella Fharesia?” ujar Velyn seraya menyentuh kedua pipi Kiran dengan kedua telapak tangannya. Refleks, Kiran langsung menepisnya.
“Apaan sih? Elo ngomong apa?” Kiran bertanya balik. Ia mengernyit melihat ekpresi Velyn saat ini. Apa yang salah dari dirinya?
“Engg.. Gue gak mimpi kan?” Velyn masih terperangah.
“Apa sih Vel?” Kiran mengernyit kesal. Velyn mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha untuk mengembalikan kesadaran.
“SUMPAH! Elo cakeeeeeepppp banget kalo lagi ketawa! Cengengesan gitu!” histeris Velyn dengan mata bulat yang berbinar-binar, dan kesepuluh jari tangannya yang menyatu di depan dadanya. Bagaikan anak kucing yang menemukan induknya.
“Ck!” Kiran berdecak jengkel.
“Gue aja yang cewek terpesona ama elo kalo kaya’ tadi Ran, apalagi para cowok-cowok.. Hmm, elo tuh emang pantes jadi Primadona-nya SMA ini Ran!” Mata bulat Velyn semakin berbinar.
“Babo. (Bego.) Lebay!” tandas Kiran dengan ekspresi yang kembali ke asal-nya, lalu melangkah masuk kedalam kelasnya. Velyn langsung cemberut mendengar umpatan Kiran. Sebenarnya ia tak se-pandai Kiran dalam berbahasa, apalagi di luar bahasa Indonesia. Namun, sedikit-sedikit ia tahu arti dari kata-kata umpatan dengan bahasa korea yang sering Kiran keluarkan jika ada yang mengganggunya.
“Ikh.. Dipuji juga! Malah dikatain.. Ya tuhaann.. kuatkanlah dirikuuu..” Velyn berbicara sendiri, lalu mengangkat kedua telapak tangannya di depan dada, dan dengan mata yang secara bergantian menatap punggung Kiran, juga menatap langit-langit kelas. *nyari cicak ya mbak? :b*
Bel tanda berakhirnya istirahat kedua akan berbunyi sekitar 10menit lagi. Wajar saja, ketika Kiran masuk ke dalam kelas, sudah ada beberapa teman sekelasnya yang tengah berkumpul. Terutama para cewek-cewek biang gossip. Sekitar 4orang cewek yang berkumpul di tengah sisi kelas.
Mendengar langkah sepatu snaker khas Kiran, mereka langsung menoleh dan  menatap Kiran lalu berbisik-bisik kecil antara partner gossip satu dengan partner yang lainnya. Entah apa yang mereka bicarakan tentang Kiran, seperti biasa.. Gadis brandal itu hanya berjalan dengan langkah cueknya menuju tempat duduknya.
DEG!
Tatapan mata ungu ke-biruan milik Kiran kembali beradu dengan mata cokelat pekat milik Bisma.
Bisikan para gossip-ers semakin kencang melihat kejadian itu. Meski Kiran diam, ia dapat mendengar jelas bahwa namanya dan cowok yang menatapnya saat ini sedang menjadi topic utama salah satu grup gossip-ers tersebut.
Sebenarnya, rata-rata mereka membenci Kiran. Eumm.. lebih tepatnya mereka IRI. Mengapa? Karena Kiran adalah siswi yang sangat berprestasi, khususnya dalam bidang olahraga dan akademik yang berhubungan dengan bahasa. Kiran telah banyak mendapatkan piala dari berbagai jenis olahraga yang disukainya. Basket, Taekwondo, dan Renang. Selain itu, ia juga telah menjuarai olimpiade Bhs. Inggris dan Korea tingkat SMA se-Jakarta. *hebat.. prok-prok :D*
Apalagi dengan adanya kejadian 4bulan yang lalu, Para gossip-ers patah hati setelah menyaksikan langsung bagaimana proses ‘Pernyataan Cinta’ Bisma yang terjadi di Arghatafia’s Cafe.
Memang, Bisma adalah one of the MOST-INTERESTING in SMA Arghatafia, yaitu siswa yang di idam-idamkan para cewek. Jago-nya ngedance, ketua tim Basket SMA Arghatafia yang terkenal karena sering memenangkan pertandingan melawan SMA lain, apalagi sekarang ia telah menjabat sebagai Ketua OSIS SMA Arghatafia. Oh ya.. Jangan sampai terlupakan, dalam ekstra Taekwondo dan Judo yang digelutinya, Bisma juga telah meraih sabuk HITAM—sama seperti Kiran—dalam taekwondo.
“Ih.. liat tuh.. Sebenernya si Kiran tuh serius gak sih sama omongannya tadi di kantin?” bisik cewek 1, bernama Elsa. Berperawakan agak gemuk namun kulitnya putih bersih, Chinese.
“Lha, emang tadi dia ngomong apaan di kantin Sa? Gue gak sempet nonton tadi..” balas cewek 2, cewek berambut sebahu ala Dora, perawakan kecil, bernama Lira.
“Akh eloo, sayang banget gak liat. Tadi si brandal itu sempet bilang kalo dia udah muak ama Bisma plus Reza..” jelas cewek 3, bersifat judes sok-jago, namun di depan Kiran ia menunduk *halah.. cemen lu --*. Bernama Sherly.
“Terus, terus?” cewek 4 nyaut, yang ini agak kalem, Cuma ikut-ikutan. Namanya Rina.
“Ya gitudeh.. marah besar tadi Kiran, si Nesya sempet ditonjok ama tuh cewek. Ngerri benner..” Dora bergidik.
“Iya.. tapi kaya’nya omongan Kiran yang bilang udah MUAK ama Bisma itu boong deh.. Noh, liat aja mereka berdua tatep-tatepan gitu.. envy gue..” sahut Elsa, namun masih dengan volume pelan. Berbisik seraya melirik Kiran yang masih berdiri dengan mata yang beradu tajam melawan mata Bisma yang kini berada dengan jarak sekitar 2meter dari dirinya dengan posisi duduk.
“Yee.. gue juga envy kalii..” balas Sherly, diikuti dengan anggukan dari Lira dan Rina pertanda sependapat dengannya.
“Husss!! Ngomongin apa kalian?! Dasar Babo!” bentak Velyn yang tiba-tiba telah berada di belakang Kiran, dengan pandangan tertuju kepada para gossip-ers. Ia langsung mempraktekkan ‘kata’ khas yang tadi Kiran katakan. Para gossip-ers langsung menunduk, diem, mengkerut. *emang apaan?* Melihat reaksi mereka, Velyn tersenyum bangga, dagunya terangkat keatas.
‘Huah! Hebat banget gue bisa ngebentak pake bahasa korea. Meski cuma satu kata. Yang penting Korea xD’ batin Velyn dalam kepuasan tersendiri. *Yaelah mbak, gue Cuma bisa geleng-geleng liat lo*

Tiba-tiba…
Bisma berdiri dari duduknya, dan berjalan ke arah Kiran. Mengetahui itu, Kiran hanya berfikir bahwa Bisma hendak pergi keluar kelas. Ia pun melanjutkan langkahnya menuju tempat duduknya. Para gossip-ers dan Velyn jadi gelisah sendiri. Melihat Bisma dan Kiran yang berjalan semakin mendekat, dekat, dan dekat. Semakin terkikis jarak antara mereka berdua dengan langkahan kaki dari keduanya yang berlawanan arah.
Hingga akhirnya saat Kiran berada tepat disamping kanan Bisma, diluar dugaan Kiran.. Ia pikir Bisma akan melewati begitu saja dirinya. Namun, Bisma malah mencekal tangan kanan Kiran, membuat gadis itu menoleh dan menatap tajam ke arahnya.
“Ikut gue..” ujar Bisma pelan, tegas, dan dingin. Kiran berontak, susah payah ia berusaha melepaskan cekalan tangan Bisma di pergelangan tangan kanannya, menggunakan tangan kiri-nya yang bebas.
“Lepasin!!” bentak Kiran sambil terus memberontak. Namun sia-sia, ia akui kekuatan tangan Bisma memang melebihi dirinya, meski kekuatannya lebh dari gadis seumurannya.
Bisma semakin mempererat cengkramannya, membuat Kiran sedikit terlihat meringis kesakitan. “Gue bilang, ikut gue!” Bisma menarik paksa Kiran keluar kelas. Kiran sama sekali tak dapat berbuat apa-apa. Ia juga sangat terkejut dengan kejadian ini, sebelumnya—tak pernah Bisma bertindak kasar terhadap dirinya, dan itulah yang membuatnya menerima Bisma menjadi kekasihnya—dulu.
Para gossip-ers dan juga Velyn yang masih berdiri, melongo. Mereka menatap tak percaya, sekaligus bingung dan penasaran. Apalagi para gossip-ers.
“Wahh.. mau dibawa kemana tuh Kiran? Jangan-jangan…” ucapan Lira dipotong cepat oleh Velyn.
“HEH BABO!! Kalian ini kagak ada kerjaan laen apa?! Ngomongin oraaaaang terus, liat donk diri kalian sendiri. Udah oke apa kagak tuh hidup?!” bentak Velyn yang masih sok-sok-an nyempilin satu kata yang didapatnya dari Kiran 3 menit yang lalu itu -.-
Para gossip-ers berpadangan satu sama lain. Pandangan mereka seolah bertanda bahwa mereka tak terima dibentak lagi sama cewek berdarah Jerman-Sunda ini. Mumpung gak ada si Kiran nih, batin mereka kompak.
“Woy! Enak aja elo bentak-bentak kita. Elo tuh siapa sih hah? Temen bukan, apalagi sahabat Kiran. Jangan harap kita bakal takut ama elo sekarang. Kiran udah keluar, elo gak ada perisai!” Sherly, salah satu dari mereka berempat yang memang bersifat judes berdiri, dan membentak balik Velyn. Membuat Velyn naik pitam, lalu melotot ke arah  Sherly yang sekarang sudah berdiri berhadapan dengan dirinya.
Velyn mendorong tubuh Sherly secara tiba-tiba, refleks karena diluar pemikirannya, Sherly terkejut dan jatuh terduduk kembali di kursi yang ia duduki tadi. 3 temannya langsung panik melihat tindakan Velyn, mereka menatap Velyn tajam.
“APA?! GAK TERIMA, HAH?!! INGET YAH, KIRAN EMANG GAK PERNAH ANGGEP GUE SOHIBNYA, TAPI YANG PASTI,  GUE LEBIH DIPERCAYA SAMA DIA DIBANDING KALIAN SEMUA!!” emosi Velyn benar-benar telah mencapai puncaknya. 
“ Sekali lagi kalian ngomong yang engga-engga tentang gue, APALAGI KIRAN! Gue jamin, ARGHAWIJAYA gak segan-segan buat keluarin kalian berempat dari SMA ini!! Siap-siap di-tendang Kiran deh kalian kalau masih punya mulut kaya’ tikus gini! Inget yah, kalau gue aduin ke Kiran, itu berarti gue juga udah aduin ke Arghawijaya. Dan gue harap kalian gak amnesia buat nginget siapa itu Kiran-siapa itu Arghawijaya.” ancam Velyn panjang lebar dengan wajah super emosi, membuat para gosip-ers itu mati kutu mendengar ancamannya.

*****

“LEPASIN BEGO!!” emosi Kiran sudah mencapai puncaknya. Bisma menarik tangannya dengan sangat kasar, sepanjang koridor yang dilaluinya tadi, ia hanya meringis kesakitan dan sukses menjadi sorotan semua siswa-siswi yang tengah berada di koridor tersebut, sebelum akhirnya ia menghempaskan cekalan tangan Bisma dalam sekali hentakan kuat.
Segera Bisma membalikkan tubuhnya, dan menghadap Kiran yang kini masih meringis kesakitan sambil mengusap-usap pergelangan tangannya yang benar-benar sakit dan berwarna merah. Terlihat jelas mimic wajah Bisma berubah menjadi khawatir melihat akibat dari cekalannya di tangan gadis yang dicintainya itu.
“ELO MAU APA HAH?!!” bentak Kiran dengan mata yang tanpa sungkan menatap penuh amarah cowok di depannya ini. Belum cukup apa dia menjadikan Kiran sebagai cewek taruhan? Dan sekarang mau ngasarin pula?
“Please.. Ikut gue, gue mau ngomong sama elo, tapi gak disini..” pinta Bisma dengan suara pelan. Ia menatap teduh mata Kiran. Membuat Kiran terdiam. Sesaat ia kembali teringat tatapan mata itu, tatapan yang selalu Bisma berikan setiap hari—dulu. Yang membuat ia selalu merasa nyaman bersama Bisma.
Kiran menjerit dalam hati. Enggak, gak boleh! Elo gak boleh ketipu lagi Kiraaann! Itu muka palsuuuu!
“GAK!!” tolak Kiran tegas. Ia langsung berbalik arah, dan melangkah pergi meninggalkan Bisma. Namun tangan Bisma lebih cepat dari pergerakannya, Bisma kembali memegang pergelangan tangan kanan Kiran, membuat gadis itu meringis sekali lagi.
“ISH!! SAKIT SETAN!!” sentak Kiran tanpa peduli semua tatapan penghuni koridor yang sedari tadi fokus kepadanya dan Bisma. Kiran lagi-lagi menyentakkan tangan Bisma secara kasar.
Diluar pemikiran Kiran, Bisma langsung menarik dan mendorong pelan tubuh Kiran ke dinding. Bisma merapatkan tubuhnya ke tubuh Kiran. Mengunci kedua pergelangan tangan Kiran dengan mencengkeramnya cukup erat dan  mensejajarkan dengan wajah Kiran.
Sontak, Kiran diam seketika. Secara otomatis, darahnya gadis itu berdesir hebat. Jantungnya memompa lebih cepat. Tak percaya dan tak berdaya  dengan apa yang ia rasakan dan ia lihat.
“Gue Cuma mau ngomong sama elo Kiran..” ujar Bisma yang tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke wajah Kiran, sehingga sekarang ia dapat merasakan nafas Kiran yang memburu. Kiran semakin gelisah saat ia juga merasakan hembusan nafas Bisma di permukaan wajahnya.
“Elo! Lepasin!” pekik Kiran tertahankan. Entah mengapa sangat susah mengeluarkan suara atau bentakannya kepada Bisma dalam keadaan seperti ini. Ia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Please Ran.. Elo maafin gue..” kata Bisma lembut sembari terus menggerayangi leher jenjang Kiran dengan hembusan nafas dan sesekali sentuhan bibirnya. Ia tahu sekali, Kiran sangat lemah di bagian itu.
Kiran memejamkan matanya, berusaha untuk mengontrol perasaannya saat ini. Ia merasa sangat gelisah dengan perlakuan Bisma saat ini, dari dulu memang bagian leher dan tengkuk Kiran yang sangat sensitive terhadap sentuhan. Itu kelemahannya, yang telah diketahui Bisma—mantan kekasihnya. Kiran lemah sekarang!
Para penghuni koridor tak ada yang bergerak, apalagi menimbulkan suara. Mereka melongo masal. Koridor itu ramai di lihat, namun sepi di dengar. Mereka bagai patung yang telah disihir oleh sang nenek lampir. Eh, sang penyihir :p Pandangan mereka tertuju pada sepasang mantan kekasih itu. Kisah mereka berdua telah menjadi trending topic sejak awal mereka menyatakan sebagai sepasang kekasih.

“Bis.. hh.. Leppasin Bis..” lirih Kiran yang kini tak dapat berbuat apa-apa saat Bisma mulai menciumi leher dan tengkuk Kiran. Dalam otak gadis itu, ia sangat ingin untuk segera mendorong tubuh Bisma sejauh mungkin dari dirinya. Namun, ada kalanya saraf tubuh kita tak dapat bekerja sesuai kehendak otak kita. Dan itulah yang terjadi terhadap saraf-saraf tubuh Kiran yang terasa telah lumpuh total, ia sama sekali tak dapat berkutik kali ini!
“Gue gak mau elo deket-deket sama tu cowok!” perintah Bisma disela-sela ‘serangan’nya.
“Bisma.. Elo..Lepasiin.. hh..” nafas Kiran semakin memburu, saat merasakan Bisma kembali menyerangnya. Seakan ia ingin memakan Kiran hidup-hidup. *sadiss -.-*
“Hh..Gue cemburu Ran.. cemburu! Gue gak mau elo deket sama cowok lain selain gue!” balas Bisma seraya menghentikan aksinya, untuk menatap mata ungu ke-biruan milik Kiran yang telah terbuka. Kiran berusaha mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
Perlahan kesadaran gadis itu telah kembali. Ia tak ingin dianggap lemah meskipun kenyataan yang dirasakannya sangat berkebalikan saat berhadapan dengan perlakuan Bisma, seperti biasa.
“Elo siapa gue? Elo gak berhak ngatur-ngatur gue.” akhirnya Kiran berhasil mengucapkan kata-kata itu dengan nada dingin—khasnya. Juga tatapan sinisnya. Meskipun susah..
“Elo pacar gue!” tegas Bisma dengan tatapan tajamnya yang bisa berubah menjadi lembut seketika.
“Hah.. Kita—gue, sama elo.. Gak pernah putus, karena kita gak pernah pacaran. Semua itu palsu! Sandiwara yang mestinya dapet Award saking bagusnya!” ucap Kiran sinis. Menatap tajam mata cokelat pekat cowok yang pernah mengisi hatinya dulu—hingga sekarang. Mungkin.
Mendengar ucapan Kiran, Bisma menjadi geram. Cekalan tangannya di pergelangan tangan Kiran semakin mengerat.
“Elo pacar gue! Gue cowok elo! Kita bener-bener pacaran, GUE CINTA SAMA ELO dan itu BUKAN sandiwara atau acting!” balas Bisma dengan nada penuh penekanan di setiap kata, pertanda bahwa ia serius dengan perkataannya itu. Kiran yang melihat mata Bisma saat ini, tersenyum kecut. Ia mencari kebohongan, namun  tak menemukan di mata cokelat pekat itu. Kiran menghela nafas pendek, lalu membuang pandangannya dari Bisma. Yang ia lihat saat ini hanya siswa dan siswi yang berdiri di sepanjang koridor dengan tatapan melongo terarah ke padanya, juga ke cowok yang mengunci pergerakannya saat ini. Namun Kiran hanya memandang datar mereka.
“ Gue sayang sama elo Kirana..” Bisma berujar lagi. Ia mengucapkannya dengan lembut, dan tanpa disangka, ia kembali menggerayangi leher Kiran. Meniup tengkuknya, membuat gadis itu merinding seketika. Tak hanya Kiran yang terkejut karena mendapat ‘serangan’ (lagi), seluruh penonton juga merasa nafas mereka tercekat. Tak menyangka.. Bahwa salah satu cowok idaman siswi SMA Arghatafia itu berani melakukannya lagi—ke Kiran—sang gangster—anak dari Arghawijaya.
“Gue sayang sama elo Ran.. Bener-bener sayang. Gue gak mau kehilangan elo.. Lupain semua yang terjadi di kantin tadi.. Lupain Taruhan setan itu. Gue khilaf, sekarang dan selamanya gue bener-bener gak mau kehilangan elo Kirana…” ucap Bisma lirih, namun dapat terdengar jelas di telinga Kiran.
Kiran kembali menatap mata Bisma. Kali ini dengan tatapan teduhnya. Entah apa maksud dari tatapan itu.
“Gue—“ ucapan Kiran terpotong oleh suara teriakan seseorang yang entah darimana asalnya.
“HEY!! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!”

*****
To be continued..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar