Kamis, 29 Maret 2012

Stay With Me #part 2


Title       :  Stay With Me
Genre   :  Teen, romance
Main Cast :
·         Kirana Queenella Fharesia
·         Bisma Karisma
·         Dicky Prasetya
·         Nesya Geira Syafa
Follow :  @frindaz_tari
Note      :  Semua tokoh di cerbung ini murni hanya khayalan. Fiktif. Jadi, jangan protes kalo karakter (MS) disini beda dengan karakter mereka di dunia nyata. Jangan disamakan ya..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kiran, si  gadis broken-home. Dia hanya ingin perhatian, kasih sayang—dari orang yang tulus. Tulus, tanpa maksud terselubung.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

`TEEET-TEEET`
Bel pertanda istirahat kedua di SMA Arghatafia berbunyi, SMA dimana Kiran terkenal dengan kecantikan dan juga ke-brandalan-nya.
Seperti sedang berlomba untuk mendapatkan sebuah harta karun yang sangat berharga, semua murid segera melakukan jurus kaki seribu untuk menuju kantin indoor favorit yang luas dan mewah di SMA ter-elit di kota Jakarta itu.
Kantin yang juga menjadi saksi bisu atas kejadian tak kan pernah terlupakan antara Kiran-Bisma-Reza. Termasuk Nesya, tak akan pernah lupa karena ujung bibirnya telah menjadi korban dari kepalan tangan Kiran di waktu istirahat pertama beberapa jam yang lalu.
Sementara itu, di kelas XII IPA 1 terlihat seorang gadis dengan penampilan yang sangat khas, sama sekali tak berniat untuk mengubah posisi tubuhnya sedari tadi. Siapa lagi kalau bukan Kiran—Kirana Queenella Fharesia. Cewek yang tak dapat dipungkiri oleh semua siswa dan sisiwi SMA Arghatafia, bahwa ia memang memiliki paras dan tubuh yang sangat sempurna untuk ukuran gadis berumur 17th. Kecantikannya alami, natural. Padahal tak ada perawatan berlebih yang dilakukan si empunya tersebut.
 Sejak pertama Kiran masuk menjadi siswi di SMA Arghatafia, memang banyak para siswa yang berparas di atas rata-rata yang bernyali tinggi, berusaha mendekati gadis tersebut dengan harapan bisa menjadi pacarnya. Namun, Kiran sama sekali tak menanggapi mereka, membuat mereka mati gaya di hadapan gadis bermanik mata sangat khas tersebut. Dari awal sekolah hingga kini, hanya satu orang siswa SMA Arghatafia yang bisa menjadi kekasihnya, itupun dengan cara yang sangat susah. Menguntit Kiran tiap hari, memberinya kado-kado kesukaan Kiran, tanpa melupakan untuk memberi perhatian lebih tiap bersama Kiran. Hingga akhirnya hati Kiran luluh karenanya, hanya kepadanya.
Namun.. Sungguh miris mengakui kenyataan bahwa selama 4 bulan mereka menjalani hubungan itu—hanya karena sebuah TARUHAN.

*****
“Ran, elo mau ke kantin gak?” Velyn yang telah bersiap untuk segera pergi ke kantin demi para cacing-cacing yang berdangdut di dalam perutnya, berusaha untuk berhenti sejenak di samping Kiran. Berniat untuk mengajak teman sebangkunya itu.
Kiran sama sekali tak berniat untuk mengangkat kepalanya yang sedari tadi ia benamkan dalam lipatan kedua lengan tangannya. Kiran hanya menggeleng kecil sebagai respon darinya. Velyn pun mengerti, ia sudah menebak akan respon Kiran itu. Tak akan pernah mudah untuk melupakan kejadian beberapa jam yang lalu di Kantin SMA Arghatafia.
“Yaudah.. Elo juga gak mau nitip cemilan gitu?” tanya Velyn lagi. Sesungguhnya ia sangat khawatir terhadap Kiran. Teman sebangku yang secara sepihak sudah Velyn anggap sebagai sahabatnya sendiri.
Lagi-lagi Kiran hanya menggelengkan kepalanya, tanpa mempunyai minat untuk mengangkat kepalanya dan menunjukkan paras menawan itu. Akhirnya, Velyn pun mengangguk pasrah.

“Gue ke kantin dulu ya.. Gak lama gue pastiin.” pamit Velyn akhirnya, seraya sedikit melirik ke arah belakang. Sebenarnya tak hanya Kiran yang enggan untuk keluar kelas.
Berjarak satu bangku dari bangku yang Velyn tempati bersama Kiran, terdapat Bisma yang entah sibuk atau sok-sibuk dengan buku kimia di tangannya. Ia duduk sendiri.
Tumben Nesya si nenek lampir kecentilan gak nemenin, batin Velyn. Ia pun berlalu, keluar dari kelas dan langsung menuju kantin.
Sementara itu, tak ada seorang pun yang tau atas keadaan Kiran yang sebenarnya saat ini. Bisma yang ternyata sedari tadi sengaja untuk tak pergi menuju Kantin demi Kiran juga tak tau.
Di dalam lipatan tangan cewek brandal berparas sempurna itu, Kiran.. sedang berusaha untuk menghentikan tetes demi tetes aliran cairan berwarna bening yang berasal dari kedua kelopak matanya itu. Ia menangis. Seorang Kirana Queenella Fharesia tak dapat membendung air matanya lagi kali ini—di sini. Kiran menangis dalam diam. Diam tak bersuara *ya iyalah -.-*.
 Ia sama sekali tak menimbulkan suara sedikitpun. Namun adakah yang tau? Bahwa sekarang hatinya menjerit. Menjerit seakan meminta jawaban kepada Tuhan.

‘Kenapa mesti gue? Kenapa mesti gue yang dapet kenyataan kaya’ gini?! Apa kurang puas, bikin Bokap gue sering mukul sekarang. Sering ngebentak gue cuma karena gue berontak?? Bandel?? Nyadar gak, gue tunjukin semua kenakalan gue ini cuma buat CARI PERHATIAN. Gue cari perhatian elo Pa!! Gue butuh papa yang dulu.. Yang selalu ada buat gue nyender. Buat ngelusin rambut gue waktu gue kesepian, waktu gue inget Mama yang udah ada di surga sana! Sekarang apa?? Gak cuman Bokap yang bikin gue nyessekk! Sekarang semua makin nyessekkin! Gue kira elo beda Bis, Za.. Gue kira kalian tulus sayang sama gue, tulus buat jadi tempat gue nyender..’ Hati Kiran terus menjerit dalam diam. Ia tak tahu, mengapa begitu sulit melupakan kejadian saat di kantin tadi.
 Kejadian yang mungkin menurut beberapa orang menganggap itu adalah hal SEPELE dan harusnya gampang untuk dilupakan. But, who knows? Kiran yang merasakan. Tak ada yang mengerti tentang perasaan kecewa, sedih, marah, benci, dan apalah itu yang hanya Kiran rasakan saat ini. Hanya dirinya..
 ‘Rezaa.. Gue bener-bener ketipu sama tampang lo. Tampang sok-peduli yang elo buat saat gue butuh temen curhat! Gue juga bego banget ditipu sama cowok yang pura-pura ngelindungin gue seperti elo Bis! Jujur, Bisma.. Elo berhasil buat gue sadar tentang kebahagiaan di dalem permasalahan yang gue rasa gue udah gak kuat! Tapi itu dulu, Cuma sesaat. Elo udah CACAT dimata gue. Bukan cacat FISIK. Tapi HATI dan PEMIKIRAN lo! Kecewa gue sama lo..’ untuk beberapa saat, Kiran berusaha agar kembali mengontrol emosinya. Ia tak mau berlarut-larut dalam kekecewaannya saat ini. Perlahan, ia mengusapkan samar pipinya yang basah oleh air mata ke kedua lipatan tangannya. Menghapus air mata yang tanpa orang ketahui, sering ia keluarkan jika merasa tembok pertahanannya runtuh.
Tiba-tiba..
“Yeoboseyo Kiranaaaaa?! (haloo Kiranaaa?!)” terdengar sebuah suara. Suara cowok. Kiran merasa tak asing dengan suara itu. Ia langsung mengangkat kepalanya setelah ia rasa tak ada sisa air mata di pipinya. Bisma yang sedari tadi juga sibuk dengan perasaan ragunya untuk mengajak Kiran mengobrol pun langsung mengernyit. Tatapannya beralih, ia menatap tajam cowok yang menyapa Kiran. Tak dapat ia pungkiri, cowok yang asing dimatanya itu memang memiliki wajah yang cukup tampan. Lebih terkesan ‘cowok imut’ dimatanya. Entah mengapa, Bisma langsung men-cap cowok itu dengan sebutan ‘CHILDISH’.
‘siapa ni cowok?!’ batin Bisma yang tak sedetikpun mengalihkan tatapan tajamnya ke arah cowok itu.
Berbeda dengan Bisma, Kiran si cewek brandal sama sekali tak menunjukkan ekspresi berlebihan. Ia hanya mengangkat sebelah alisnya sambil menatap dengan malas wajah cowok yang kini sudah duduk di samping kirinya—tempat Velyn duduk.
“Ngapain lo?” tanya Kiran singkat. Dalam nada bicaranya, tak ada seorang pun yang akan tau bahwa semenit sebelumnya, gadis itu menangis. Sejak masuk SMA dan semua berubah, ia seakan menjadi Ratu dalam perasaannya sendiri. Dalam sekejap saja, ia dapat mengembalikan ekspresi wajah dan emosi jiwanya menjadi ke titik nol. Titik semula seakan tak terjadi apa-apa.

“Yaelahh.. Gangster cakep gak bisa basa-basi dulu apa? Misalnya bilang : ‘Huaa.. Dickyyy, gue kangen banget tauuu ama lo!!’ gitu kek..”  balas Dicky dengan gaya eperti seorang gadis yang telah lama menantikan kehadiran sang pujaan. Wajah Kiran tak menunjukkan reaksi apapun, namun jujur sekarang dirinya sedang menahan tawa geli karena melihat tingkah cowok yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu ini.
“Kok gak ketawa sih? Wah.. Pinter ngumpetin ekspresi ya lo!” Dicky cemberut menatap Kiran yang juga memandangnya dengan ekspresi datar. Sesungguhnya secara tak langsung Dicky sedikit membuat Kiran terhibur. Entah jin atau setan apa yang lewat, yang pasti sekarang telah terbesit di dalam pikiran Kiran untuk menggoda cowok yang menghadapnya saat ini.
“Cielaahh.. Bibir lo gak nahan gue. Akh! Ntar gue ‘Cupp’ juga nih..” Kiran memainkan nada bicaranya menjadi lembut dan sangat menggoda, seraya mencubit bibir bawah Dicky. Sontak, mata Dicky membulat, mulutnya menganga. Tak hanya Dicky, Bisma yang melihat mereka dari belakang menegakkan posisi duduknya segera. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang ia lihat dan dengar barusan.
Meihat respon Dicky, akhirnya Kiran tak dapat membendung gelak tawanya.
“Huahahahaha.. Muka lo Dick!! Muka lo sumpah pengen gue tabok! Haha..” Kiran tertawa lepas. Kesedihannya sejenak terlupakan. Ia juga tak tau mengapa dirinya bisa tertawa selepas ini, dihadapan Dicky—si murid baru berwajah imut. Kalau bahasa gue.. unyu-unyu :p
Tiba-tiba Dicky tersenyum. “Yaudah tabok aja.. Tapi imbalannya ini yah?” goda Dicky dengan nada genit, sambil menunjuk bibir tipisnya sendiri, lalu menyentuh bibir mungil Kiran kemudian.
Seketika tawa Kiran terhenti. Bisma yang berada di belakang mereka sudah mengepalkan tangan kanannya. Perasaannya tak menentu, ingin sekali ia menghantam pemuda asing itu, dan menarik Kiran keluar dari kelas ini.
Namun apa daya, ia tau semua itu mustahil. Ia sadar betul, memang ini semua salahnya. Salah karena telah membuat taruhan konyol itu. Taruhan yang membuat setiap harinya, hanya ada satu nama dalam pikirannya, KIRAN. Seandainya Nesya tak membongkar tentang taruhan itu, tentu saja saat ini ia yang sedang bercanda bersama Kiran. Merangkul, dan membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Awalnya, ia sama dengan semua murid SMA Arghatafia. Menganggap gadis itu hanya seorang gadis cantik yang suka bertindak semaunya, sesukanya. Hanya karena bokap Kiran adalah PEMILIK SMA Arghatafia. Namun setelah beberapa bulan ia bersamanya, menjalin hubungan dengannya.. Bisma merasa lain, Kiran tak seperti yang ia sangka sebelumnya. Kiran mandiri, gadis itu tak akan membuat masalah, bila tak ada yang mencari masalah dengannya.

“Woaayyoo.. Diem kan lo? Haha.. gue bercanda jagiya.. (sayang..)” Dicky tersenyum geli, berusaha menahan tawanya. Tangan kanannya ter-ulur  untuk membelai rambut sebahu Kiran. Kiran menatapnya.
‘SEHARUSNYA GUE YANG GITUIN KIRAAANAAA!! SETAN LO!!’ Bisma mengumpat dalam hati. Kedua tangannya mengepal semakin keras. Rahangnya juga mengeras. Gigi atas dan bawahnya beradu. Ia sangat geram melihat kejadian itu.
“Ish.. Apa-apaan sih lo! Risih gue!” protes Kiran seraya menepis kasar tangan Dicky. Bisma sedikit lega melihat respon Kiran.
“Lah.. Gue kan cuma  mau ngebenerin rambut lo.. Dikit berantakan Kirana..” balas Dicky lembut, dan menatap teduh manik mata berwarna ungu ke-biruan milik Kiran. Membuat gadis itu dengan mudah menemukan kenyamanan dan ketulusan dalam mata Dicky.
Entah siapa yang memulai, atau yang memerintah. Yang jelas, di belakang mereka berdua, tanpa Kiran dan Dicky sadari. Bisma dapat melihat jelas bahwa jarak antara wajah mereka semakin menipis. Semakin terkikis.. Membuat mata Bisma seakan hendak keluar dari tempatnya. Cukup sudah.. Ia tak dapat menahan emosinya kali ini. Ketika tinggal beberapa centi jarak itu, tiba-tiba..
`BRAAKK`
Bisma menendang secara kasar kursi di sampingnya—kursi Nesya. Sontak Kiran dan Dicky kaget! Mereka menoleh kearah asal suara. Betapa terkejutnya Kiran saat melihat Bisma yang berdiri dengan nafas memburu. Matanya memancarkan kemarahan. Rahangnya mengatup rapat, Kiran sangat tau bahwa Bisma sekarang sedang marah besar. Tak pernah ia melihat Bisma semarah ini sebelumnya. Ia melirik sedikit kursi tempat Nesya duduk tergeletak jauh dari tempat asalnya. Kiran bingung..
‘BISMA?! Jadi mulai tadi dia ada disini?! Ada di kelas ini?! Tapii.. Kenapa tingkahnya gini? Dia marah? Seharusnya gue yang gitu!! Apa.. dia  gak suka sama kehadiran.. Dicky?’
Bisma terus menatap lekat manik mata Kiran. Ia tak tau apa yang di lakukannya saat ini. Yang jelas, kelakuan Dicky dan Kiran telah sukses membuatnya marah. Tak rela.
Sementara Dicky yang gak tau apa-apa antara mereka berdua hanya mengernyit heran.                Dengan wajah polosnya, secara bergantian ia memandang kea rah Bisma, Kiran, lalu Bisma lagi. Dengan pikiran jungkir balik gara-gara pusing dan bingung, ia bertanya..
“Hey.. Elo kenapa Bro??” Dicky memecahkan keheningan dan ketegangan yang terjadi di antara  tatapan mata Bisma dan Kiran. Ia berharap cowok yang asing di matanya itu segera menjawab. Namun Kiran lebih dulu menyahut..
Mulanya Kiran membuang muka dari Bisma, lalu menatap Dicky.
“Haha.. Udahlah Dick! Paling lagi kalah TARUHAN tuh cowok!” sindir Kiran. Dicky semakin mengernyit. Sementara Bisma dibuat segera menatap Kiran dengan tatapan nanar.
“Udah, gak penting juga kan mesti mikirin dia?! Ayok ke kantin! Gue laper!” lanjut Kiran lagi seraya berdiri, dan mengenggam tangan kanan Dicky. Menggandengnya dengan santai untuk keluar dari kelas, dan menuju ke kantin indoor. Meninggalkan Bisma yang masih menatap mereka dengan amarah yang memuncak.
`BRAKK!`
Bisma menendang semakin kasar meja di hadapannya.
“GUE SAYANG SAMA ELO KIRAAAANNNNN!! ARGGHHH!!” Bisma semakin menggila, ia teriak dan menghantam berkali-kali meja itu. Melampiaskan semua amarahnya. Perasaan cemburunya.
“Hh-Hh!! Gue bener-bener sayang sama lo!!” Bisma terduduk kembali di kursinya seraya menjambak rambutnya secara kasar, dengan nafas tersengal-sengal. Benar-benar seperti orang kesetanan. Frustasi karena gadis itu.

*****
to be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar