Title : Stay
With Me
Genre : Teen, romance
Main Cast :
·
Kirana Queenella Fharesia
·
Bisma Karisma
·
Dicky Prasetya
·
Nesya Geira Syafa
Follow :
@frindaz_tari
Note : Semua tokoh di cerbung ini murni hanya
khayalan. Fiktif. Jadi, jangan protes kalo karakter (MS) disini beda dengan
karakter mereka di dunia nyata. Jangan disamakan ya..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kiran, si gadis broken-home. Dia hanya ingin perhatian, kasih sayang—dari orang yang tulus. Tulus, tanpa maksud terselubung.
Kiran, si gadis broken-home. Dia hanya ingin perhatian, kasih sayang—dari orang yang tulus. Tulus, tanpa maksud terselubung.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
`TEEET-TEEET`
Bel pertanda istirahat kedua di SMA Arghatafia berbunyi, SMA dimana Kiran terkenal dengan kecantikan dan juga ke-brandalan-nya.
Seperti sedang berlomba untuk mendapatkan sebuah harta karun
yang sangat berharga, semua murid segera melakukan jurus kaki seribu untuk menuju
kantin indoor favorit yang luas dan mewah di SMA ter-elit di kota Jakarta itu.
Kantin yang juga menjadi saksi bisu atas kejadian tak kan
pernah terlupakan antara Kiran-Bisma-Reza. Termasuk Nesya, tak akan pernah lupa
karena ujung bibirnya telah menjadi korban dari kepalan tangan Kiran di waktu
istirahat pertama beberapa jam yang lalu.
Sementara itu, di kelas XII IPA 1 terlihat seorang gadis
dengan penampilan yang sangat khas, sama sekali tak berniat untuk mengubah
posisi tubuhnya sedari tadi. Siapa lagi kalau bukan Kiran—Kirana Queenella
Fharesia. Cewek yang tak dapat dipungkiri oleh semua siswa dan sisiwi SMA
Arghatafia, bahwa ia memang memiliki paras dan tubuh yang sangat sempurna untuk
ukuran gadis berumur 17th. Kecantikannya alami, natural. Padahal tak
ada perawatan berlebih yang dilakukan si empunya tersebut.
Sejak pertama Kiran
masuk menjadi siswi di SMA Arghatafia, memang banyak para siswa yang berparas
di atas rata-rata yang bernyali tinggi, berusaha mendekati gadis tersebut
dengan harapan bisa menjadi pacarnya. Namun, Kiran sama sekali tak menanggapi
mereka, membuat mereka mati gaya di hadapan gadis bermanik mata sangat khas
tersebut. Dari awal sekolah hingga kini, hanya satu orang siswa SMA Arghatafia
yang bisa menjadi kekasihnya, itupun dengan cara yang sangat susah. Menguntit
Kiran tiap hari, memberinya kado-kado kesukaan Kiran, tanpa melupakan untuk
memberi perhatian lebih tiap bersama Kiran. Hingga akhirnya hati Kiran luluh
karenanya, hanya kepadanya.
Namun.. Sungguh miris mengakui kenyataan bahwa selama 4 bulan mereka menjalani hubungan itu—hanya karena sebuah TARUHAN.
Namun.. Sungguh miris mengakui kenyataan bahwa selama 4 bulan mereka menjalani hubungan itu—hanya karena sebuah TARUHAN.
*****
“Ran, elo mau ke kantin gak?” Velyn yang telah bersiap untuk
segera pergi ke kantin demi para cacing-cacing yang berdangdut di dalam perutnya,
berusaha untuk berhenti sejenak di samping Kiran. Berniat untuk mengajak teman
sebangkunya itu.
Kiran sama sekali tak berniat untuk mengangkat kepalanya
yang sedari tadi ia benamkan dalam lipatan kedua lengan tangannya. Kiran hanya
menggeleng kecil sebagai respon darinya. Velyn pun mengerti, ia sudah menebak
akan respon Kiran itu. Tak akan pernah mudah untuk melupakan kejadian beberapa
jam yang lalu di Kantin SMA Arghatafia.
“Yaudah.. Elo juga gak mau nitip cemilan gitu?” tanya Velyn
lagi. Sesungguhnya ia sangat khawatir terhadap Kiran. Teman sebangku yang
secara sepihak sudah Velyn anggap sebagai sahabatnya sendiri.
Lagi-lagi Kiran hanya menggelengkan kepalanya, tanpa
mempunyai minat untuk mengangkat kepalanya dan menunjukkan paras menawan itu.
Akhirnya, Velyn pun mengangguk pasrah.
“Gue ke kantin dulu ya.. Gak lama gue pastiin.” pamit Velyn akhirnya, seraya sedikit melirik ke arah belakang. Sebenarnya tak hanya Kiran yang enggan untuk keluar kelas.
Berjarak satu bangku dari bangku yang Velyn tempati bersama Kiran, terdapat Bisma yang entah sibuk atau sok-sibuk dengan buku kimia di tangannya. Ia duduk sendiri.
“Gue ke kantin dulu ya.. Gak lama gue pastiin.” pamit Velyn akhirnya, seraya sedikit melirik ke arah belakang. Sebenarnya tak hanya Kiran yang enggan untuk keluar kelas.
Berjarak satu bangku dari bangku yang Velyn tempati bersama Kiran, terdapat Bisma yang entah sibuk atau sok-sibuk dengan buku kimia di tangannya. Ia duduk sendiri.
Tumben Nesya si nenek lampir kecentilan gak nemenin, batin
Velyn. Ia pun berlalu, keluar dari kelas dan langsung menuju kantin.
Sementara itu, tak ada seorang pun yang tau atas keadaan
Kiran yang sebenarnya saat ini. Bisma yang ternyata sedari tadi sengaja untuk
tak pergi menuju Kantin demi Kiran juga tak tau.
Di dalam lipatan tangan cewek brandal berparas sempurna itu,
Kiran.. sedang berusaha untuk menghentikan tetes demi tetes aliran cairan
berwarna bening yang berasal dari kedua kelopak matanya itu. Ia menangis.
Seorang Kirana Queenella Fharesia tak dapat membendung air matanya lagi kali
ini—di sini. Kiran menangis dalam diam. Diam tak bersuara *ya iyalah -.-*.
Ia sama sekali tak menimbulkan suara sedikitpun. Namun adakah yang tau? Bahwa sekarang hatinya menjerit. Menjerit seakan meminta jawaban kepada Tuhan.
‘Kenapa mesti gue? Kenapa mesti gue yang dapet kenyataan kaya’ gini?! Apa kurang puas, bikin Bokap gue sering mukul sekarang. Sering ngebentak gue cuma karena gue berontak?? Bandel?? Nyadar gak, gue tunjukin semua kenakalan gue ini cuma buat CARI PERHATIAN. Gue cari perhatian elo Pa!! Gue butuh papa yang dulu.. Yang selalu ada buat gue nyender. Buat ngelusin rambut gue waktu gue kesepian, waktu gue inget Mama yang udah ada di surga sana! Sekarang apa?? Gak cuman Bokap yang bikin gue nyessekk! Sekarang semua makin nyessekkin! Gue kira elo beda Bis, Za.. Gue kira kalian tulus sayang sama gue, tulus buat jadi tempat gue nyender..’ Hati Kiran terus menjerit dalam diam. Ia tak tahu, mengapa begitu sulit melupakan kejadian saat di kantin tadi.
Ia sama sekali tak menimbulkan suara sedikitpun. Namun adakah yang tau? Bahwa sekarang hatinya menjerit. Menjerit seakan meminta jawaban kepada Tuhan.
‘Kenapa mesti gue? Kenapa mesti gue yang dapet kenyataan kaya’ gini?! Apa kurang puas, bikin Bokap gue sering mukul sekarang. Sering ngebentak gue cuma karena gue berontak?? Bandel?? Nyadar gak, gue tunjukin semua kenakalan gue ini cuma buat CARI PERHATIAN. Gue cari perhatian elo Pa!! Gue butuh papa yang dulu.. Yang selalu ada buat gue nyender. Buat ngelusin rambut gue waktu gue kesepian, waktu gue inget Mama yang udah ada di surga sana! Sekarang apa?? Gak cuman Bokap yang bikin gue nyessekk! Sekarang semua makin nyessekkin! Gue kira elo beda Bis, Za.. Gue kira kalian tulus sayang sama gue, tulus buat jadi tempat gue nyender..’ Hati Kiran terus menjerit dalam diam. Ia tak tahu, mengapa begitu sulit melupakan kejadian saat di kantin tadi.
Kejadian yang mungkin
menurut beberapa orang menganggap itu adalah hal SEPELE dan harusnya gampang
untuk dilupakan. But, who knows? Kiran yang merasakan. Tak ada yang mengerti
tentang perasaan kecewa, sedih, marah, benci, dan apalah itu yang hanya Kiran
rasakan saat ini. Hanya dirinya..
‘Rezaa.. Gue bener-bener ketipu sama tampang
lo. Tampang sok-peduli yang elo buat saat gue butuh temen curhat! Gue juga bego
banget ditipu sama cowok yang pura-pura ngelindungin gue seperti elo Bis!
Jujur, Bisma.. Elo berhasil buat gue sadar tentang kebahagiaan di dalem
permasalahan yang gue rasa gue udah gak kuat! Tapi itu dulu, Cuma sesaat. Elo
udah CACAT dimata gue. Bukan cacat FISIK. Tapi HATI dan PEMIKIRAN lo! Kecewa
gue sama lo..’ untuk beberapa saat, Kiran berusaha agar kembali mengontrol
emosinya. Ia tak mau berlarut-larut dalam kekecewaannya saat ini. Perlahan, ia
mengusapkan samar pipinya yang basah oleh air mata ke kedua lipatan tangannya.
Menghapus air mata yang tanpa orang ketahui, sering ia keluarkan jika merasa
tembok pertahanannya runtuh.
Tiba-tiba..
“Yeoboseyo Kiranaaaaa?! (haloo
Kiranaaa?!)” terdengar sebuah suara. Suara cowok. Kiran merasa tak asing
dengan suara itu. Ia langsung mengangkat kepalanya setelah ia rasa tak ada sisa
air mata di pipinya. Bisma yang sedari tadi juga sibuk dengan perasaan ragunya
untuk mengajak Kiran mengobrol pun langsung mengernyit. Tatapannya beralih, ia
menatap tajam cowok yang menyapa Kiran. Tak dapat ia pungkiri, cowok yang asing
dimatanya itu memang memiliki wajah yang cukup tampan. Lebih terkesan ‘cowok
imut’ dimatanya. Entah mengapa, Bisma langsung men-cap cowok itu dengan sebutan
‘CHILDISH’.
‘siapa ni cowok?!’ batin
Bisma yang tak sedetikpun mengalihkan tatapan tajamnya ke arah cowok itu.
Berbeda dengan Bisma, Kiran si cewek brandal sama sekali tak
menunjukkan ekspresi berlebihan. Ia hanya mengangkat sebelah alisnya sambil menatap
dengan malas wajah cowok yang kini sudah duduk di samping kirinya—tempat Velyn
duduk.
“Ngapain lo?” tanya Kiran singkat. Dalam nada bicaranya, tak
ada seorang pun yang akan tau bahwa semenit sebelumnya, gadis itu menangis.
Sejak masuk SMA dan semua berubah, ia seakan menjadi Ratu dalam perasaannya
sendiri. Dalam sekejap saja, ia dapat mengembalikan ekspresi wajah dan emosi
jiwanya menjadi ke titik nol. Titik semula seakan tak terjadi apa-apa.
“Yaelahh.. Gangster cakep gak bisa basa-basi dulu apa? Misalnya bilang : ‘Huaa.. Dickyyy, gue kangen banget tauuu ama lo!!’ gitu kek..” balas Dicky dengan gaya eperti seorang gadis yang telah lama menantikan kehadiran sang pujaan. Wajah Kiran tak menunjukkan reaksi apapun, namun jujur sekarang dirinya sedang menahan tawa geli karena melihat tingkah cowok yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu ini.
“Yaelahh.. Gangster cakep gak bisa basa-basi dulu apa? Misalnya bilang : ‘Huaa.. Dickyyy, gue kangen banget tauuu ama lo!!’ gitu kek..” balas Dicky dengan gaya eperti seorang gadis yang telah lama menantikan kehadiran sang pujaan. Wajah Kiran tak menunjukkan reaksi apapun, namun jujur sekarang dirinya sedang menahan tawa geli karena melihat tingkah cowok yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu ini.
“Kok gak ketawa sih? Wah.. Pinter ngumpetin ekspresi ya lo!”
Dicky cemberut menatap Kiran yang juga memandangnya dengan ekspresi datar.
Sesungguhnya secara tak langsung Dicky sedikit membuat Kiran terhibur. Entah
jin atau setan apa yang lewat, yang pasti sekarang telah terbesit di dalam
pikiran Kiran untuk menggoda cowok yang menghadapnya saat ini.
“Cielaahh.. Bibir lo gak nahan gue. Akh! Ntar gue ‘Cupp’
juga nih..” Kiran memainkan nada bicaranya menjadi lembut dan sangat menggoda,
seraya mencubit bibir bawah Dicky. Sontak, mata Dicky membulat, mulutnya
menganga. Tak hanya Dicky, Bisma yang melihat mereka dari belakang menegakkan
posisi duduknya segera. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang ia lihat dan
dengar barusan.
Meihat respon Dicky, akhirnya Kiran tak dapat membendung
gelak tawanya.
“Huahahahaha.. Muka lo Dick!! Muka lo sumpah pengen gue
tabok! Haha..” Kiran tertawa lepas. Kesedihannya sejenak terlupakan. Ia juga
tak tau mengapa dirinya bisa tertawa selepas ini, dihadapan Dicky—si murid baru
berwajah imut. Kalau bahasa gue.. unyu-unyu :p
Tiba-tiba Dicky tersenyum. “Yaudah tabok aja.. Tapi
imbalannya ini yah?” goda Dicky dengan nada genit, sambil menunjuk bibir
tipisnya sendiri, lalu menyentuh bibir mungil Kiran kemudian.
Seketika tawa Kiran terhenti. Bisma yang berada di belakang
mereka sudah mengepalkan tangan kanannya. Perasaannya tak menentu, ingin sekali
ia menghantam pemuda asing itu, dan menarik Kiran keluar dari kelas ini.
Namun apa daya, ia tau semua itu mustahil. Ia sadar betul,
memang ini semua salahnya. Salah karena telah membuat taruhan konyol itu.
Taruhan yang membuat setiap harinya, hanya ada satu nama dalam pikirannya,
KIRAN. Seandainya Nesya tak membongkar tentang taruhan itu, tentu saja saat ini
ia yang sedang bercanda bersama Kiran. Merangkul, dan membelai rambutnya dengan
penuh kasih sayang. Awalnya, ia sama dengan semua murid SMA Arghatafia.
Menganggap gadis itu hanya seorang gadis cantik yang suka bertindak semaunya,
sesukanya. Hanya karena bokap Kiran adalah PEMILIK SMA Arghatafia. Namun
setelah beberapa bulan ia bersamanya, menjalin hubungan dengannya.. Bisma
merasa lain, Kiran tak seperti yang ia sangka sebelumnya. Kiran mandiri, gadis itu tak akan membuat masalah, bila
tak ada yang mencari masalah dengannya.
“Woaayyoo.. Diem kan lo? Haha.. gue bercanda jagiya.. (sayang..)” Dicky tersenyum geli, berusaha menahan tawanya. Tangan kanannya ter-ulur untuk membelai rambut sebahu Kiran. Kiran menatapnya.
‘SEHARUSNYA GUE YANG GITUIN KIRAAANAAA!! SETAN LO!!’ Bisma
mengumpat dalam hati. Kedua tangannya mengepal semakin keras. Rahangnya juga
mengeras. Gigi atas dan bawahnya beradu. Ia sangat geram melihat kejadian itu.
“Ish.. Apa-apaan sih lo! Risih gue!” protes Kiran seraya
menepis kasar tangan Dicky. Bisma sedikit lega melihat respon Kiran.
“Lah.. Gue kan cuma
mau ngebenerin rambut lo.. Dikit berantakan Kirana..” balas Dicky
lembut, dan menatap teduh manik mata berwarna ungu ke-biruan milik Kiran.
Membuat gadis itu dengan mudah menemukan kenyamanan dan ketulusan dalam mata
Dicky.
Entah siapa yang memulai, atau yang memerintah. Yang jelas,
di belakang mereka berdua, tanpa Kiran dan Dicky sadari. Bisma dapat melihat
jelas bahwa jarak antara wajah mereka semakin menipis. Semakin terkikis..
Membuat mata Bisma seakan hendak keluar dari tempatnya. Cukup sudah.. Ia tak
dapat menahan emosinya kali ini. Ketika tinggal beberapa centi jarak itu,
tiba-tiba..
`BRAAKK`
Bisma menendang secara kasar kursi di sampingnya—kursi
Nesya. Sontak Kiran dan Dicky kaget! Mereka menoleh kearah asal suara. Betapa
terkejutnya Kiran saat melihat Bisma yang berdiri dengan nafas memburu. Matanya
memancarkan kemarahan. Rahangnya mengatup rapat, Kiran sangat tau bahwa Bisma
sekarang sedang marah besar. Tak pernah ia melihat Bisma semarah ini
sebelumnya. Ia melirik sedikit kursi tempat Nesya duduk tergeletak jauh dari
tempat asalnya. Kiran bingung..
‘BISMA?! Jadi mulai tadi dia ada disini?! Ada di kelas ini?! Tapii.. Kenapa tingkahnya gini? Dia marah? Seharusnya gue yang gitu!! Apa.. dia gak suka sama kehadiran.. Dicky?’
‘BISMA?! Jadi mulai tadi dia ada disini?! Ada di kelas ini?! Tapii.. Kenapa tingkahnya gini? Dia marah? Seharusnya gue yang gitu!! Apa.. dia gak suka sama kehadiran.. Dicky?’
Bisma terus menatap lekat manik mata Kiran. Ia tak tau apa
yang di lakukannya saat ini. Yang jelas, kelakuan Dicky dan Kiran telah sukses
membuatnya marah. Tak rela.
Sementara Dicky yang gak tau apa-apa antara mereka berdua hanya mengernyit heran. Dengan wajah polosnya, secara bergantian ia memandang kea rah Bisma, Kiran, lalu Bisma lagi. Dengan pikiran jungkir balik gara-gara pusing dan bingung, ia bertanya..
Sementara Dicky yang gak tau apa-apa antara mereka berdua hanya mengernyit heran. Dengan wajah polosnya, secara bergantian ia memandang kea rah Bisma, Kiran, lalu Bisma lagi. Dengan pikiran jungkir balik gara-gara pusing dan bingung, ia bertanya..
“Hey.. Elo kenapa Bro??” Dicky memecahkan keheningan dan
ketegangan yang terjadi di antara
tatapan mata Bisma dan Kiran. Ia berharap cowok yang asing di matanya
itu segera menjawab. Namun Kiran lebih dulu menyahut..
Mulanya Kiran membuang muka dari Bisma, lalu menatap Dicky.
“Haha.. Udahlah Dick! Paling lagi kalah TARUHAN tuh cowok!” sindir Kiran. Dicky semakin mengernyit. Sementara Bisma dibuat segera menatap Kiran dengan tatapan nanar.
“Haha.. Udahlah Dick! Paling lagi kalah TARUHAN tuh cowok!” sindir Kiran. Dicky semakin mengernyit. Sementara Bisma dibuat segera menatap Kiran dengan tatapan nanar.
“Udah, gak penting juga kan mesti mikirin dia?! Ayok ke
kantin! Gue laper!” lanjut Kiran lagi seraya berdiri, dan mengenggam tangan
kanan Dicky. Menggandengnya dengan santai untuk keluar dari kelas, dan menuju
ke kantin indoor. Meninggalkan Bisma yang masih menatap mereka dengan amarah
yang memuncak.
`BRAKK!`
Bisma menendang semakin kasar meja di hadapannya.
Bisma menendang semakin kasar meja di hadapannya.
“GUE SAYANG SAMA ELO KIRAAAANNNNN!! ARGGHHH!!” Bisma semakin
menggila, ia teriak dan menghantam berkali-kali meja itu. Melampiaskan semua
amarahnya. Perasaan cemburunya.
“Hh-Hh!! Gue bener-bener sayang sama lo!!” Bisma terduduk
kembali di kursinya seraya menjambak rambutnya secara kasar, dengan nafas
tersengal-sengal. Benar-benar seperti orang kesetanan. Frustasi karena gadis
itu.
*****
to be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar